Rabu, 19 Agustus 2015

Inside Out

Rabu, 19 Agustus 2015

Film terakhir yang kutonton sebelum menulis ini, membuatku berpikir, siapakah di antara kelima emosi, yang paling dominan dalam mengendalikan pikiranku? Kurasa itu si Marah. Kadang aku merasa itu si Takut. Si Jijik juga bisa menjadi sangat kuat. Si Bahagia sangat lemah. Dan ada si Sedih. Si Sedih sangat kuat, namun begitu dibenci oleh keempat temannya.

Si Sedih adalah yang paling jahat. Si Sedih sangat membenci si Bahagia, dan terus membuatnya lemah. Padahal si Bahagia adalah yang paling disukai oleh yang lainnya, si Marah, si Takut, dan si Jijik.
Si Jijik paling merasa jijik terhadap si Sedih. Si Marah paling merasa marah terhadap si Sedih. Si Takut paling takut terhadap si Sedih. Dan si Bahagia, yang tetap bahagia walau terlalu lemah untuk menonjolkan dirinya, tahu bahwa dirinya akan sangat bahagia ketika bisa menyingkirkan si Sedih, jauh ke jurang yang dalam, gelap, dan terlupakan, menghilang bersama memori-memori yang tidak dibutuhkan.

Lalu ada menara-menara. Menara-menara apa saja yang ada di dalam pikiranku, yang membangun kepribadian dan karakter dasarku?

Selama duapuluhsembilan tahun, Menara Keluarga tetap berdiri kokoh, walaupun terus menghadapi gempa bumi dan badai yang sangat dahsyat. Teman-teman dan persahabatan bergabung di dalamnya selama 13 – 14 tahun terakhir.

Menara hobi berdiri tidak kalah kokohnya. Walaupun kokoh, populasi di menara ini sudah terlalu jauh melebihi kapasitas, sehingga hobi-hobi yang berada di dalamnya tidak pernah berhenti berperang untuk mempertahankan diri masing-masing. Pemimpinnya adalah hobi menulis, yang tidak tergeserkan dari tahta selama 24 tahun. Hobi menggambar, walaupun sudah lebih dulu berada di sana, tidak sekuat hobi menulis, karena kadang ia kehilangan tempatnya. Hobi-hobi lainnya memenuhi menara bagaikan penumpang commuter line menuju pusat kota di tengah-tengah jam berangkat kerja.

Para hobi itu saling rebut, saling dorong, saling desak, saling menjatuhkan. Namun hanya sedikit dari mereka yang benar-benar jatuh ke jurang. Kebanyakan hobi yang terlempar dari menara mencengkram dinding jurang dengan begitu kuat, dan segera memanjat naik, kembali ke menara. Kalaupun mereka jatuh sampai ke dasar jurang, beberapa hobi memiliki ukuran yang cukup besar untuk memanjat dinding kembali ke menara dengan mudah. Ketika sedang berusaha memanjat, seringkali hobi-hobi itu menggoyahkan menara-menara lainnya.

Dan akhirnya, karena satu menara tidak cukup lagi untuk menampung populasi hobi, para hobi itu keluar dan menaklukkan menara-menara lainnya, hingga akhirnya, dari kelima menara, para hobi menempati empat menara, bercokol dengan gagahnya mengepung menara Keluarga dan Teman.
Penghuni ketiga menara yang telah direbut sudah dijatuhkan ke dasar jurang untuk dilupakan selama-lamanya, sehingga aku tidak ingat lagi, apa dan siapa sajakah mereka.



Kereta-kereta yang mengantarkan pemikiran datang dari berbagai stasiun, tanpa aturan, saling bertabrakan, dan menyebabkan kekacauan di ruang kendali, sementara para pengendali sedang berkomplot untuk membunuh si Sedih. Keadaan begitu kacau. Bohlam ide yang berbeda-beda dipasang dan dicopot dengan begitu cepat, bahkan sebelum satupun dari ide-ide itu terlaksana.

Bahagia itu Sederhana: Sebuah Kondisi Ideal untuk Menulis

Rabu, 19 Agustus 2015

Kondisi yang sangat ideal bagiku adalah, saat aku memiliki uang, waktu, dan tenaga yang tidak ada habisnya. Aku akan duduk di balkon rumahku yang menghadap ke laut, atau danau, atau sawah, apapun. Pemandangan alam apapun yang indah. Tidak penting apakah rumahku besar atau kecil, mewah atau sederhana, selama pemandangan di sekitarnya begitu asri, alami, tenang, jauh dari kebisingan kota, jauh dari manusia.
Di mejaku terdapat sebuah notebook dalam kondisi yang sangat bagus, dengan memory tidak terbatas, dan koneksi internet tercepat tanpa batas. Di sebelah meja, sebuah lemari pendingin berisi kaleng-kaleng minuman kopi bersoda, rootbeer, dan bir manis tanpa alkohol. Berbagai macam cemilan juga sudah tersedia, kalau sewaktu-waktu aku merasa lapar di tengah-tengah keasyikan menulis. Aneka keju, zaitun hitam dari italia dan yunani, salmon mentah, agar-agar bening dan kenyal rasa buah-buahan, rumput laut kering, semua makanan enak yang kusuka dalam jumlah persediaan yang seolah tiada habisnya. Dan tentu saja botol-botol berisi air mineral di atas lemari pendingin, karena aku tidak pernah suka air mineral dingin. Semua itu ada dalam jangkauanku, sehingga aku tidak perlu berdiri untuk meraih mereka kapanpun aku mau.
Di kolong kursi dan meja yang kududuki, seekor anjing menemaniku, tertidur dengan bahagia, menempel di kakiku. Anjing itu besar, kuat, dan lincah. Namun, di siang hari yang cerah dan berangin seperti itu, anjing paling lincah sekalipun akan memilih untuk tertidur manis di kaki tuannya. Ya, anjing, satu atau lebih. Tidak seperti anak kecil, semakin banyak anjing, aku akan semakin senang. Yah, selama ada pengurus anjing tentunya.

Di dalam kondisi yang sangat ideal itu, aku mungkin justru akan kesulitan untuk fokus pada kegiatanku menulis, karena kegiatanku terus berganti dari makan, minum, melihat pemandangan, dan menjatuhkan diri ke kolong meja untuk berbaring malas di samping si anjing, atau anjing-anjing. Tapi itu tidak akan jadi masalah, karena aku punya seluruh waktu di dunia untuk menyelesaikan tulisanku.

Rabu, 17 Juni 2015

I Just Wanna Thank God

My condition today

The negative side of me is really, really, really upset and angry.
I was supposed to still be happy about my vacation, writing about it, telling everyone about my story, but I have to deal with the police instead. I was supposed to plan my next vacation trip to Italy, Spain, Portugal, France, anywhere good, but now I don’t know if I would be able to go, because I had to pay my father back. My father was supposed to fill his apartment, but the money has been used for our vacation instead, because the money for our vacation has been stolen.
And after a beautiful days in paradise, now I have to be back in this shit hole, full of shitty people. Only shit people everywhere. And guess what! Now I don’t have a maid! She’s gone!

But you know, I’m so lucky. The reason I’ve been unhappy is actually because I’ve refused to accept that I’m lucky and my life is so much better than most people. I mean, look at my family, look at my life, look at me. I have a wonderful family.
My mom and dad are still here, and they are the best parents in the world. They raise their children very well, with love and responsibility. How many people out there have lost their parents? How many people out there, even have never met their parents? How many people out there are coming from broken home family? How many parents out there got divorce?
I have a sister and a brother, so I know how it feels to have both female and male sibling. They are the best brother and sister. My family is always happy and we love each other. All we ever have to deal is just a little ridiculous family drama. And we have a dog, also the best dog anyone can have. He’s so funny, smart, loyal, and of course love us very much.
I live in a more than proper house. We have a very comfortable and homey house with friendly neighborhood. We live in a peaceful environment.
Me and my siblings finished our school and get a good jobs with good income, and we start to enjoy our life as a real adult. We’re healthy, young, and happy. We can go anywhere we want, do anything we want, because we have the money, the health, and the time.
Maybe our money has been stolen. But we’ve been to Italy, France, Greece, Netherlands, Switzerland, and so much more beautiful countries. Most people don’t have that opportunity.
And I haven’t mentioned my friends. I have so many close friends, and I love them all. They love me, they care about me, they enjoy my companion as I enjoy theirs. I’m so lucky to have everything in this world. So, I just want to thank God for giving me this perfect life. I have nothing to complain about.
I just need to do something with all I have, and do something to share my happiness with the ones don’t have the same opportunity as I do.


So, I will work very hard, with joy and happiness, and positive attitude. And when it’s time, I’ll make my family and friends happy. I’ll help people. I’ll protect the animals and environment. I’ve been spending most of my life thinking about myself. It’s time to think about other people too.

Oh and of course... when it's time... I'll leave Indonesia and go to live in Italy for good!

Kamis, 04 Juni 2015

Las Chillin' Morning in This Very Balcony

Friday, May 22, 2015

This would be my last chillin' morning here.

I start to get used to this kinda morning. This is what I've been doing for the last three days. Waking up at 6, which can only happens because that means 10 am in Jakarta and I'm still having jetlag. So yeah, jetlag is good for me.

Mom, dad, and my sister are always still sleeping. So I can really enjoy a brief moment of silent and calmness. I just get out of our bedroom and go to the balcony. The air is really fresh, the view is really nice, and the sky is showing beautiful sunrise.

So I just sit here, watching the sunrise, looking around. Each minute the city below is getting busier and busier. Cars and motorbikes passing, people walking, some of them are running. I'm clearly not staying in the best part of this city, but this is still a nice scene. This is what a "good morning" literally means.

So I just sit and watch. And write my blog while I can think clearly. If I smoke, I might have been enjoying a cigar or two here. But I don't.

This morning the sky looks kinda pale. I think it's going to rain soon. Yesterday and the day before, the sun was shining really bright. The air was warm. But this one I'm enjoying now, is still a nice morning.

So this would be our last day in Athens before we go to the famous Santorini. Thing about european city is, it is really easy to get used to live in the city. Just like when I visited Holland and Milan,  at the very first time of course everything still confuses me. But the second time and after, I already feel like home. I know exactly where the nearest station is, I know how to reach the place I want to visit, I know where to buy food and water, I just get used to my routine. And I'm gonna miss it so much when I leave.

Okay, it's 7.20 now, Greece time. The other days, it was really sunny at this time. But I won't say this is not my day. Because I'm gonna make the best of my last day in Athens. And by last day, I mean last day before Santorini. Because after that I'll be back to Athens to catch my flight back to Jakarta. And I really wish I could visit Athens again and again in the years ahead.


Kalimera!

Rabu, 20 Mei 2015

Kalimera!

Monday, May 18, 2015

So here I am, finally in Greece, after all the dramas.

On Sunday, May 17, my sister and I left home at 4 pm, her boyfriend took us to the airport. Our plane took off at 8.30 West Indo Time. It was our first time going to Europe in economy class. I thought it would be unpleasant, but it turned out to be a really fine experience. Everyone was so nice to us. The check-in counter guy gave us seats in an empty row near the business class. There were four seats in the row, but the other two were empty, so we had an entire row for us. We could sleep almost properly. The food was nice too. So many cheeses, salmon, and olives: my three most favorite foods!

After a twelve hours flight, we landed in Istanbul, Turkey. My sister got transferred to Athens real soon. Her plane left Istanbul right away. But mine was still 6 hours after. So for 5 hours I gotta wait there.

It was an interesting five hours btw.

I brought a book to read while waiting. It was a classic lit, "Oliver Twist" by Charles Dickens. I finished it in no time, so the next few hours I just sat there and watched people.

I really love being in an international airport. I really enjoy watching those people. I just sit there and watch them, observe them, their look, the characters of their faces, their colors, the way they dress.

Most Turkish women have strong mediteran faces: big, deep eyes, very thin eyebrows, long eye lashes, sharp chin, full lips, and the noses are thin, sharp, rather big compared to indonesian, but smaller than most european people. They have fair skin, but some have darker skin. Some have dark hair, some are blond or very light brown. They're very beautiful.

The men are rather attractive, maybe for the Indonesian eye, Indonesian taste: tall, white, deep eyes, thick eyebrows, long eyelashes up and under their big eyes, sharp nose, and they all have nice smiles. Most of them have lots of facial hair.

I also tried to guess where the other beautiful people come from. There's a group of asian tourists. Of course it's easy to tell that they are asians. They have asian eyes, asian skin, asian hair, and dress the asian way. Japanese people have softer faces, proper noses, small lips, and are very cute-looking. Their style is simple yet effortlessly fashionable. I saw that Japanese girl with a long black skirt, t-shirt, cardigan, and unique kinda keds with big ribbon.

Anyway, there is too much to tell you in words. I'll post some pictures later, when I get my laptop. Point is, they're all beautiful. They're all very good looking and fashionable. I feel like I was browsing Pinterest.

It's all beautiful to see. I sat and made sketches of some of them. Then my phone was outta battery, so I needed to recharge. I looked for a stop contact to connect with my charger. I could recharge my battery in Starbucks. But it meant I had to sit and buy something. So I ordered some drinks. I was about to pay with a sheet of 50 euro.

Be continued

Very nice starbucks guy, very nice old man from cape town, he's traveling, to israel. Very nice young man, samir from egypt, leaving for manchester, works and lives at leeds. Very beautiful young girl, mazzeo daiana, from argentina, she went to visit myconos with her mom. She's very smart and n

The Istanbul airport experience.Most interesting seven hours of waiting.Arrived at Athens at 1 pm.Bought mineral water and some snack, the cashier guy seemed so surprised when I said, “Eucharisto!”First he looked so surprised, and then he looked so happy, and with a big smile, put his hand on his chest and said loudly, “Paragalo!”He seemed surprised that I said thank you in his language. I was really surprised to see him surprised. And later I learned that everytime I said “Eucharisto” to the Greeks I met, they all have the same reaction: surprised, happy, say “paragalo” with all their hearts. Oh I really love the Greeks!I didn’t know how impressing saying “Eucharisto” was. It was just thank you. I know that in most European countries, or maybe in most countries, when a tourist said “Thank you” in the country’s language, it was nothing special. Everybody, I’m sure, every tourist, can say standard phrases like “Thank you”, “Excuse me”, “Good morning” in the language spoken by the country they’re visiting.When I traveled to Milan, Venice, Genoa, Pisa, they didn’t look so surprised when I said “Grazie mille” or “Buongiorno” or “Scusi” or “Buona notte” or any standard phrases. They didn’t seemed surprised either when I could have some daily conversation. I’m pretty fluent in Italian.But the Greeks… oh my God. They’re so humble and adorable.

Selasa, 19 Mei 2015

Pelajaran Berharga: Penipuan Tour and Travel (part 6)

Minggu, 17 Mei, 2015

Dan, sementara gue nulis, gue lagi di gate, nunggu boarding pesawat yang akan membawa gue dan adek gue ke Yunani. Bokap nyokap udah di Amsterdam, dan akan menemui kita di Athens.

Gue bersyukur banget akhirnya masalah ini selesai dan gue tetep berangkat ke Yunani, seperti yang sudah lama sekali gue impikan. Gue berterimakasih banget sama semua orang yang udah membantu gue dalam masalah ini, terutama PWD.

Dia udah nganterin gue ke KH, bawa KH ke polda, nungguin di polda semaleman, nganterin gue dan korban-korban buat ngeprint bukti-bukti, beliin minuman, nenangin gue. Bahkan akhirnya gue bisa tetep berangkat karena dia bantuin gue mesen tiket lagi, pake credit card dia. Gue sayang sama PWD dan gue tau kalo dia pun sayang sama gue. Tapi masalah yang berat-berat gini lah yang bener-bener nunjukin ke gue, apa yang sahabat gue rela lakukan untuk nolongin gue dari masalah. Padahal selama ini tiap PWD punya masalah, gue nggak pernah bisa bantu. Cuma bisa menghibur dan mendoakan.

So, here it is, the end of the story.

Pelajaran Berharga: Penipuan Tour and Travel (part 5)

Minggu, 17 Mei, 2015

Rombongan korban yang menyeret KH ke kantor polisi tiba di Polda Metro Jaya jam 11 malem. Di situ lah akhirnya gue ketemu KH. Karena waktu gue sampe apartemen, KH udah duluan dibawa ke polda.

Selama ini gue kira, kalo ada orang yang berusaha nyuri dari gue sekecil apapun, baru berusaha aja, bakal gue gebukin abis-abisan, kalo perlu sampe sekarat. Tapi ternyata, pas ngeliat KH gue nggak ngerasa apa-apa. Gue nggak mau gebukin dia, gue nggak mau maki-maki dia, gue bahkan sama sekali nggak marah.

Mungkin karena gue masih nganggep dia temen gue. Mungkin karena gue masih syok dan nggak percaya. Mungkin saking lemesnya gue mikirin...

Gue dan adek gue jagain KH semaleman, tidur di mobil. Polisi Indonesia tolol.

Pelajaran Berharga: Penipuan Tour and Travel (part 4)

Minggu, 17 Mei, 2015

Kita sampai di part 4. Gue udah cerita panjang lebar dan detail banget di part 1-3. Kalo kalian baca blog gue dari part ini dan nggak ngerti apa-apa, coba buka part 1, 2, 3 dulu.

Hal pertama yang gue lakukan begitu gue tau KH udah nipu gue adalah hubungin dua orang, yaitu sahabat gue, PWD, dan SO gue, MDF. Mereka lah yang selalu wanti-wanti gue untuk cek tiket begitu mereka tau soal buronnya KH. MDF bahkan langsung cari info seperti nomor telefon customer service airlines.

Dan PWD, gue beruntung banget ada dia. Bukan berarti sahabat gue yang lain nggak bisa diandalkan. Tapi emang yang tau masalah ini cuma dia. Gue emang nggak terbiasa cerita masalah berat ke sahabat-sahabat gue, apalagi keluarga. Tiap ada masalah gue mau fokus ke solusi, bukan curhat buat marah-marah bareng, apalagi sampe dikasianin. PWD ini selalu tenang dan logis dalam menyelesaikan masalah. Plus dia adalah orang yang bener-bener tau semua masalah gue, selalu care sama gue, tapi nggak pernah kasihan sama gue. Men, tiba-tiba gue terharu sendiri, pingin meluk PWD saat ini juga.

Mungkin karena udah cerita ke PWD dan MDF, gue ngerasa lebih tenang. Berikutnya gue hubungin si A, sahabatnya si KH yang udah gue sebut di part 1. Gue bilang gue udah ditipu, dan gue tanya, apa dia tau KH di mana.

Ternyata KH udah ditahan sama dia dan beberapa korban lainnya. A dan satu sahabat KH lainnya, F, juga kena tipu sama si KH! Padahal mereka sahabat men! Dari SMP! Gila!

Dan parahnya lagi, mereka reseller. Jadi kalo gue sendiri ketipu sebagai pembeli langsung, ya udah lah ya, masi bisa gue iklasin. Nah ini reseller! Kalo KH kabur, mereka yang dikejar-kejar customer yang marah! Kerugiannya sampe 100 jutaan men!

Sejak KH kabur hari Sabtu, KH udah ketangkep lagi, dan udah ditahan di apartemen temennya A, yang korban penipuan juga, dan dijaga ketat sama A dan F, dan anak-anak kampus korban penipuan KH. Jadi malem itu juga, Senin malam, gue datengin KH bersama sejumlah korban lain.

Kenapa malem? Karena siang itu gue dan PWD ada kelas. Gue tetep masuk kelas itu, tetep berpartisipasi dengan maksimal, dan bahkan selama kelas gue sama sekali nggak mikirin masalah KH. Cuma PWD yang tau betapa paniknya gue sebenarnya.

Selesai kelas, gue, PWD, dan tiga orang teman sekelas dan sekomunitas kami, ngumpul di satu tempat untuk ngobrol soal KH. Kita malah banyak bercanda, ketawa-ketawa, kita ngetawain banyak hal deh, gue sampe capek ketawa. Buat PWD, DAP, GGGM, dan LH, thanks banget ya kalian yang udah bisa bikin gue ketawa lepas banget di saat-saat seperti itu. Gue butuh banget ketawa dan nenangin pikiran gue sama kalian!

Nah, setelah ketawa-ketawa, saatnya menghadapi ketegangan. Gue sama PWD menuju apartemen, janjian sama adek gue. Akhirnya gue terpaksa kasih tau adek gue soal KH. Nggak ada cara lain. Karena semua yang ngurusin adek gue. Dia yang selalu berhubungan sama KH.

Kebetulan gue juga janjian sama pacarnya adek gue yang cowok, dan adek gue yang cowok ikutan. Jadi akhirnya adek gue yang cowok pun jadi tau juga soal penipuan ini. Akhirnya kita semua ke kantor polisi bareng. Gue, PWD, dua adik gue, pacar adik gue, KH, A, F, anak-anak kampus korban penipuan, dan empat orang korban lainnya.

(To be continued in part 5)

Senin, 18 Mei 2015

Pelajaran Berharga: Penipuan Tour and Travel (part 3)

Minggu, 17 Mei, 2015

Gilee! Sampe udah part 3 aja loh! Panjang bener ya cerita gue! Semoga kelar deh di part 3 ini.

Jadi guys, si KH kan dateng meeting sama empat orang yang gue kira anggota baru. Tapi ternyata yang tiga itu bukan anggota baru, melainkan mahasiswa-mahasiswa dari kampus korban penipuan, temennya dua orang perempuan yang dateng sama satpam itu tadi. Sementara yang satu lagi memang anggota baru, tapi bukan KH yang ngajak.

Tiga orang itu ikut masuk ruang meeting buat ngawal KH, biar dia nggak kabur. Jadi ternyata si KH ini udah berkali-kali ketangkep, dan berkali-kali kabur lagi.

Tadinya di komunitas belum ada yang tau apa-apa soal KH buron. Yang tau baru PWD, gue, dan dua orang yang emang deket sama PWD. Tadinya kita yang tau, nggak mau yang lain tau dulu, karena nggak mau menimbulkan kericuhan di komunitas kita. Tapi dengan kemunculan dua orang itu tadi, akhirnya, mau nggak mau, semua anggota komunitas yang ada di ruangan itu jadi tau juga. Mereka semua kaget dan shock.

KH kabur gitu aja, nggak bawa tas, HP, dompet. Di situ lah gue mulai panik. Tapi gue masih mikir KH nggak mungkin nipu gue. Oke, mungkin ada kesalahan di sistem bisnisnya dia. Tapi gue sebagai temennya nggak mungkin dirugikan dong.

Saat itu hari Sabtu, jadi gue nggak bisa telfon ke customer service airline yang udah gue pesen tiketnya. Gue harus nunggu sampe Senin pagi. Selama itu gue bener-bener nggak tenang. Gue panik banget, deg-degan, tapi tetep berusaha tenang. Padahal gue udah stres banget pas liat adek gue udah semangat banget packing buat ke Yunani.

Hari Senin pagi, gue langsung telfon ke airline yang bersangkutan untuk cek pemesanan tiket gue. Ternyata memang ada pemesanan atas nama gue, nomor pesawatnya udah bener, hari dan jamnya bener, tujuannya bener, bahkan tiket pulangnya pun bener. Gue udah seneng. Eh tapi ternyata, status semua tiket gue itu di-cancel. Gue langsung lemes dengernya.

FYI, gue adalah orang yang suka overreacted saat ngadepin masalah yang kecil-kecil. Tapi setiap gue bener-bener panik, setiap gue beneran ngadepin masalah, gue langsung mati rasa. Saat tau semua tiket gue dicancel, dan langsung tau tiket bokap, nyokap, adek gue, dan hotel pun pasti di-cancel, gue udah nggak ngerasain apa-apa lagi. Gue nggak ngerasa marah, gue nggak ngerasa sedih, gue sama sekali nggak nangis, nggak ada perasaan apapun. Gue cuma fokus muter otak, gimana caranya supaya gue bisa keluar dari masalah ini. Gimana caranya supaya keluarga gue nggak tau? Atau gimana cara ngasi tau keluarga gue? Gimana biar uang kita balik? Tapi yang paling penting, gimana caranya supaya kita semua tetep bisa berangkat! Gue nggak tega banget ngebayangin adek gue yang bakal kecewa berat kalo tau kita nggak jadi ke Yunani. Padahal dia udah semangat banget selama empat bulan terakhir.

FYI lagi, iya, bagi gue sekeluarga, ini masalah berat. Kita bukan orang kaya raya yang bisa ke Eropa kapanpun kita mau. Bagi kita, terutama bagi gue, kehilangan uang 39 juta, plus rugi 7 8 juta, untuk travel insurance dan visa yunani gue dan adek, adalah jumlah kerugian yang besar banget.

Apalagi gue yang mau nggak mau pasti bertanggung jawab gantiin semua kerugian itu! Karena gue yang udah salah ambil keputusan untuk percaya sama KH. Karena kepercayaan gue terhadap KH lah keluarga gue kehilangan uang di tangan KH!

Dan ternyata part 3 udah mulai kepanjangan untuk nyelesain cerita gue yang masih panjang. So...

(To be continued in part 4)

Pelajaran Berharga: Penipuan Tour and Travel (part 2)

Minggu, 17 Mei, 2015

Sampe mana gue tadi?

Oke, jadi gue pikir semua udah beres nih ya. Tiket udah beli, hotel udah booking, visa udah bikin. Tinggal berangkat dong.

Eehh.. Sekitar seminggu sebelum keberangkatan, tiba-tiba aja sahabat gue, sebut saja PWD, WA gue, "Tar, urusan lo sama Karina Hartono gimana? Udah beres?"

Awalnya gue nggak mikir apa-apa sih. Tapi terus si PWD bilang kalo si Karina Hartono lagi buron. Nah loh! Gawat kan!

Jadi sahabatnya Karina Hartono yang juga tergabung di komunitas yang sama, sebut saja si A, tiba-tiba nyariin si KH ke PWD. Tadinya si A nggak mau cerita. Tapi berhubung PWD ada rencana untuk beli paket tur ke KH, buat rombongan besar pula, akhirnya A terpaksa ngomong juga. Dia cerita kalo KH udah kena kasus penipuan tour and travel dari November 2014.

Gilaak! Gue nggak nyangka sama sekali! Nggak keliatan sama sekali! Dia udah kena kasus dari November 2014, udah dikejar-kejar orang, tapi tiap hari masi clubbing-clubbing, foto-foto, ngeksis di social media! Tiga minggu sebelum gue tau dia buron aja dia masih upload foto di Instagram loh! Gila nggak tuh! Mana ada coba ya, orang lagi buron malah foto-foto en ngeksis di sosmed??

Ya gue nggak percaya lah dia buron. Pertama, dia temen deket gue, udah kenal cukup lama, dan aktif pula di komunitas. Ke dua, kelakuannya sehari-hari sama sekali nggak kaya orang lagi buron. Ke tiga... Ya, mungkin gue nggak mau terima kenyataan aja kalo sampe uang gue segitu banyak ditilep.

Emang sih, udah beberapa kali si KH ini nggak dateng ke komunitas kita. Gue kira dia lagi sibuk bisnis tour and travel. Tapi dia masih hang out sama beberapa temen dari komunitas, dan di WA group pun masi ngoceh-ngoceh hampir tiap hari. Buron dari mana coba?

Besoknya, pas hari Sabtu pagi, seperti biasa gue meeting sama komunitas gue. PWD nunjukin ke gue website "Penipuan Indonesia". Di situ ada artikel tentang si KH, data-datanya lengkap: nama lengkap, nama alias, nomor telepon, nomor rekening, dan lain-lain. Gue kaget banget dan makin deg-degan mikirin tiket gue.

Tapi lalu si KH muncul di WA group, bilang dia mau dateng ke meeting. Gue lega, untuk kesekian kalinya mikir, "Masa iya sih??"

Dan akhirnya, di tengah-tengah kita meeting, muncul lah si KH bersama empat orang yang langsung gue simpulkan sebagai anggota baru di komunitas kita. Makin seneng dong gue. Makin yakin kalo KH nggak mungkin nipu. Masa iya, orang mau nipu, lagi buron, dateng meeting, bawa anggota baru pula.

Namun, menjelang meeting berakhir, seperti biasa, beberapa orang mulai keluar-masuk ruangan. Biasanya sih ke WC. Ada juga yang izin pulang lebih cepet. Saat ruang meeting mulai sepi, tiba-tiba datang lah dua orang perempuan dengan ekspresi muka super panik, dianter satpam gedung pula!

Mereka nyariin KH, yang ternyata, tanpa kita semua sadari, sudah menghilang entah ke mana.  Karena tas, dompet, dan HP-nya masih di ruang meeting, ya nggak ada yang ngira kalo KH cabut. Kita kira dia cuma ke WC. Malah sebenernya nggak ada yang nyadar kalo KH udah ngilang.

Dua orang perempuan itu tadi cerita ke kita kalo dia dari sebuah universitas di Bogor. Mereka mengadakan tur kampus ke Bangkok, dan KH yang mereka percayakan ngurus semuanya. Mereka sih udah berangkat ke Bangkok, dan udah tur dengan lancar. Tapi ternyata, pas mau pulang, di bandara mereka baru tau kalo tiket mereka di-cancel! Jadi mereka nggak bisa pulang! Untuk pulang, mereka harus beli tiket lagi pake uang mereka sendiri. Dan dengan rombongan sebanyak itu, mereka mengeluarkan biaya tambahan sebesar 120 juta!

(To be continued in the next post)

Pelajaran Berharga: Penipuan Tour and Travel (part 1)

Minggu, 17 Mei, 2015

So guys, setelah lama banget nggak nulis blog, nggak enak banget sih harus muncul lagi dengan berita nggak enak.

Jadi gue baru aja kena tipu. Dan ngenesnya lagi, yang nipu itu temen gue sendiri. Gila kan!

Dia temen gue di suatu komunitas. Initial namanya KH, tapi bukan berarti dia Kiai Haji. #apasihtar
Oke, namanya KARINA HARTONO, dan dia penipu ulung bajingan!

Nah, Karina Hartono ini udah bergabung di salah satu komunitas yang gue ikuti, selama 1 tahun lebih. Orangnya supel, bawel, ramah. Di setiap komunitas, termasuk komunitas gue ini, ada orang yang kadang muncul kadang ngilang, ada yang tiap muncul jarang ngomong, ada yang pendiem, ada yang di luar komunitas nggak berinteraksi lagi dengan sesama anggota. Tapi si Karina Hartono ini nongol tiap minggu, cerewet, tiap dateng pasti semangat ngajakin selfie, tiap bubaran masi suka ngajakin hang out, nongkrong, malem mingguan bareng, di WA group juga rame, suka bercandain orang, deket sama semua orang di komunitas gue.

Semua suka KH. Udah lah ya singkat aja namanya, gue eneg baca namanya. Gue sendiri deket sama KH karena gue doyan traveling, sementara si KH ini punya bisnis tour and travel. Namanya temen deket, udah kenal hampir setahun, pada bulan Oktober 2014, gue beli lah tiket ke Yunani ke mbak KH ini.

Kebetulan gue emang udah lama banget pingin ke Yunani. Eh, dapet temen orang tour and travel. Klop deh!

Gue beli tiket seharga 10.8 juta Jakarta-Athens pp. Sebulan kemudian gue juga minta KH ngurusin visa gue, biayanya 3.75 juta.

Di awal tahun 2015, tiba-tiba nyokap, bokap, dan adek gue yang perempuan juga mau ikut ke Yunani. Kebetulan nyokap pas ada rezeki lebih, ikut pergi lah mereka. Adek gue beli tiket juga di KH, Jakarta-Athens pp, 9.6 juta. Karena bokap pensiunan salah satu perusahaan penerbangan, bokap nyokap punya jatah tiket gratis ke Amsterdam. Jadi mereka beli tiket dari KH Amsterdam-Athens pp, dua tiket 7 juta sekian. Terakhir, kita juga sekalian booking hotel untuk 4 orang, selama 10 hari, 7.6 juta. Pokoknya harganya cukup masuk akal, mirip-mirip sama yang kita cek di internet.

Bulan Maret, nyokap bokap dan adek mulai sibuk ngurusin visa. Nyokap berkali-kali nanyain, "Visa kamu gimana? Masa sampe sekarang belom beres?"

Nyokap sampe sempet curigain KH segala. Tapi gue malah tersinggung karena nyokap udah curiga sama temen gue sendiri. Akhirnya, karena terus didesak nyokap, gue pun mendesak KH soal visa gue. Tapi kok nggak ada kabar?

Lama-lama gue ikutan kesel. Gue cancel visa yang di KH, dia bilang uangnya bisa dibalikin, 15 hari kerja, walaupun baliknya nggak full.

Akhirnya gue sama adek gue ngurus visa kita sendiri. Mahal banget cuy visa Yunani! Satu orang 3.1 juta! Sebagai perbandingan, selama ini gue bikin visa selalu dari Belanda, cuma 700ribuan lah kira-kira. Bokap nyokap bikin visa Belanda karena masuk lewat Amsterdam.


(To be continued in the next post)