Selasa, 28 November 2017

Jangan Baper!

Rabu, 29 November, 2017

Sebenarnya, saya mendapatkan inspirasi ini saat sedang belajar Forex. Tapi di sini saya akan lebih banyak menggunakan perumpamaan film, terutama film seri. Kenapa? Pertama, lebih banyak orang yang menonton film dan film seri daripada yang belajar Forex. Ke dua, saya lebih suka dan lebih paham soal film dan film seri daripada Forex. Ya jelas, saya nonton film dan film seri sudah dari orok, belajar Forex baru sebulan terakhir ini.

Jadi gini, sewaktu saya membaca buku 'We Are Traders Not Gamblers' dari Ellen May (bukunya bagus sekali ngomong-ngomong), saya mendapatkan satu kunci yang penting sekali dalam dunia trading, yaitu JANGAN BAPER.

Saya yakin hampir semua orang Indonesia yang aktif menggunakan media sosial, sudah tidak asing dengan kata 'baper'. Tapi untuk memastikan semua pembaca paham, saya akan menjelaskan sedikit tentang kata 'baper'.

'Baper', singkatan dari 'bawa perasaan', adalah ungkapan untuk orang yang terlalu melibatkan perasaan atau emosinya terhadap suatu hal. Misalnya, katakan lah si A salah bicara. Bagi seseorang, misalnya si... J deh (soalnya kalo B udah umum), perkataan A bukan masalah, karena ia tidak 'baper'. Tapi sebaliknya, si R sangatlah 'baper'. Maka, kata-kata A, yang bukan masalah bagi J, menjadi masalah besar bagi R.

Kurang lebih begitu lah contohnya. Sudah jelas ya.

Kenapa baper ini bahaya? Karena kata dasarnya saja perasaan. Perasaan, bila tidak dikontrol, bisa sangat berbahaya. Karena perasaan ini tidak punya logika. Contohnya cinta, menurut Agnes Monica, cinta ini kadang-kadang tiada logika. (Abaikan jokes receh ini pemirsa)

Perasaan bisa membuat orang bertindak tanpa berpikir. Perasaan bisa membuat orang berpikir, menilai, dan mengambil keputusan yang tidak obyektif.

Nah, baper ini bisa terjadi di mana saja. Dalam dunia trading, termasuk Forex, trader sering baper dengan aktivitas tradingnya, sehingga mengakibatkan tindakan atau keputusan yang tidak obyektif itu tadi. Akibatnya, saat sedang berada di posisi rugi, trader bisa rugi semakin banyak, atau saat harusnya sudah untung, trader malah merugi. Semua itu karena baper.

Sekarang lupakan dulu soal Forex dan trading, karena saya juga tidak paham benar, dan belum pernah benar-benar mempraktekkan trading Forex. Mari kita bicarakan hal yang lebih menyenangkan, seperti film dan film seri.

Saat kita menonton film atau film seri, kita bisa begitu menikmati film atau film seri tersebut, sehingga kita begitu mengidolakan satu (atau lebih) karakter tertentu, atau begitu membenci satu (atau lebih) karakter tertentu. Kita begitu baper, kita menginvestasikan emosi kita pada suatu karakter, sehingga kita berharap karakter ini menang, atau bahagia, atau mendapatkan orang yang dia sayang, melenyapkan musuhnya, mendapatkan apa yang dia inginkan, ataupun melakukan hal tertentu yang kita harapkan darinya.
Karena itu, ketika sedang menonton film atau film seri, tidak jarang kita berteriak, marah, dan menangis. Kita bisa begitu kecewa saat cerita tidak berjalan sesuai yang kita harapkan. Dalam tingkat ekstrim, kita bahkan bisa bertengkar dengan sesama penggemar film, terutama film seri, terutama Game of Thrones (eh tuh kan jadi ikutan baper), hanya karena menyukai karakter atau kelompok yang berbeda.

Padahal, sebenarnya, apa pengaruhnya nasib si tokoh atau kelompok yang kita idolakan, terhadap kehidupan kita?

Sewaktu saya masih penonton sepakbola yang fanatik, saya sangat mengidolakan Ronaldo. Saya menangis saat Ronaldo gagal membawa Brazil juara dunia di Prancis 1998. Saya menangis saat Ronaldo cidera berat di tahun 2000. Saya bertengkar dengan teman saya yang menghina Ronaldo. Saya benci sekali pemain maupun tim yang menciderai Ronaldo, atau mengalahkan Internazionale ataupun Seleção (brasileira).

Sebagai pembelaan, saya masih sangat muda, belum punya KTP, jadi wajar lah ya kalau masih ababil. Maklum lah ya. Yah, walaupun sampai 2010 saya masih suka baper kalau nonton bola.

Tapi saya juga bertanya-tanya, kenapa nasib dari seorang pemain sepakbola, atau hasil dari sebuah pertandingan atau turnamen sepakbola, bisa begitu penting bagi saya? Mengapa saya bisa marah-marah atau menangis hanya karena hasil pertandingan sepakbola? Padahal itu sama sekali tidak mempengaruhi kehidupan saya. Dan herannya, mengapa saya bukan satu-satunya yang seperti itu?

Sebenarnya alasannya hanya satu: baper!

Nonton bola aja baper. Sekarang saya sudah tidak terlalu baper nonton sepakbola, tapi saya masih sangat baper saat menonton film seri, terutama Game of Thrones. Terakhir saya nonton Game of Thrones, saya teriak-teriak dan marah-marah karena karakter yang saya benci tidak jadi mati.

Intinya, jangan baper!

Buat apa teriak-teriak dan marah-marah, padahal ceritanya sudah ada yang menulis. Kita mau marah-marah, teriak-teriak, nangis-nangis, ceritanya akan tetap berjalan sesuai kehendak sutradara, produser, dan penulis skenario.

Begitu kita menyadari bahwa itu hanya  film seri, mudah saja untuk tidak baper. Tapi yang sulit adalah, menyadari bahwa kehidupan yang kita jalani sehari-hari adalah sebuah film, atau film seri.

Yang paling sulit adalah untuk tidak baper dalam hidup kita sendiri. Ya jelas! Film seri, yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata saja, kita bisa baper, apalagi yang benar-benar kehidupan kita sendiri?

Saya takut kalah, saya takut salah, saya takut kehilangan barang, uang, dan orang. Saya begitu resah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.

Padahal, sebenarnya, kehidupan kita sudah ada yang menulis dan mengatur. Kalau anda tidak percaya Tuhan, ya anggaplah itu kekuatan angka yang lebih besar. Seperti halnya di Forex, kita tidak bisa mempengaruhi pasar, karena terlalu banyaknya orang lain yang ikut bermain dalam pasar, dalam kehidupan kita, dalam dunia ini, terlalu banyak orang dan faktor lainnya untuk kita harapkan mengikuti keinginan kita.

Jangan sampai baper, karena semua sudah ada yang mengatur. Bedanya, dalam kehidupan kita, setidaknya kalau kita percaya Tuhan, kita bisa bicara langsung pada produser, sutradara, dan penulis skenario.

Bayangkan, kalau kita bisa bertemu langsung dengan George RR Martin, dan memohon agar Daenerys, Tyrion, dan Jon hidup bahagia selamanya, Cersei, Jaime, dan White Walkers mati semua, dan Westeros damai dan sejahtera selamanya.

Buat yang tidak mengikuti Game of Thrones, maaf ya roaming. Tapi intinya paham lah ya. Alangkah enaknya kalau setiap kali bisa bertemu dan bicara langsung dengan pembuat film dan mengutarakan unek-unek kita, ketimbang hanya teriak-teriak dan marah-marah sendirian atau ke orang yang tidak bisa berbuat apa-apa terhadap film tersebut.

Tapi harus diingat, walaupun kita bisa mengutarakan keinginan kita kepada sang pembuat film, entah itu sutradara, produser, atau penulis skenario, siapa pun itu yang membuat film, ia sudah lebih tahu dan sudah punya rencana sendiri. Apabila keinginan kita tidak bertentangan dengan kehendaknya, mungkin keinginan kita akan dikabulkan.

Alangkah buruknya jalan cerita Game of Thrones kalau Daenerys menang dengan mudah dan Cersei mati begitu saja. Semua itu harus ada prosesnya, dan semua itu harus ada alasannya.

Tapi bukan berarti tidak ada yang bisa kita lakukan. Dalam banyak kasus, produser ataupun sutradara mendengarkan dan menuruti keinginan aktor atau aktrisnya. Hal itu terjadi karena si aktor atau si aktris ini sudah memiliki peran yang cukup besar dalam film, sehingga bisa mempengaruhi jalan cerita.

Karena itu, orang-orang yang sudah memiliki peran besar di dunia, atau dalam rencana Tuhan, keinginannya biasanya akan lebih mudah tercapai. Dan keinginan mereka pun tidak bertentangan dengan hukum alam atau rencana Tuhan.

Yah, ini hanya pemikiran sih, bisa benar, bisa salah, tapi kalau tidak merugikan, kenapa tidak dipertimbangkan?