Minggu, 2 November, 2014
Tulisan ini terinspirasi dari adik perempuan gue yang baru saja terpilih sebagai pengajar di kelas inspirasi, di Indonesia Mengajar. Pernah denger soal Indonesia Mengajar? Googling aja ya.
Di kelas inspirasi, adik gue dan beberapa relawan lain dari berbagai macam profesi yang berbeda, menjelaskan mengenai profesi mereka pada anak-anak SD, sehingga anak-anak itu bisa terinspirasi dan termotivasi untuk belajar demi mengejar cita-cita mereka.
Ngomongin soal cita-cita dan profesi nih, satu hal yang sampai detik ini masih membuat gue penasaran
adalah, dari mana gue dan adik gue mendapatkan inspirasi, sehingga waktu kita
masih kecil dulu, kita bisa terobsesi banget jadi businesswomen.
Anak-anak lain mungkin udah biasa main guru-guruan,
ibu-ibuan, dokter-dokteran. Tapi waktu gue sama adik perempuan gue masih SD —gue
kelas 3 atau 4, berarti dia TK atau SD kelas 1— kita suka main bisnis-bisnisan.
Nah! Gimana coba tuh! Jadi dulu kan anak SD suka dibeliin map untuk nyimpen
kertas folio. Lupa juga sih sebenernya, gunanya buat apa. Pokoknya map jaman
dulu, sebelum jaman organizer dan file folder. Gue sama adik gue itu sebenernya
nggak ngerti, orang bisnis itu ngapain sih. Yang kita tau, mereka itu suka
bawa-bawa map terus tandatangan. Hahaha…
Ya gitu deh. Jadi, gue punya map, adik gue juga punya map. Terus
di dalem map-map itu kita punya beberapa lembar kertas. Jadi kita ceritanya
ketemu di satu ruangan, duduk, terus saling tukeran kertas dan tandatangan di
atas kertas-kertas itu. Abis itu kita salaman, terus ngomong, “Senang berbisnis
dengan anda.”
Masih inget nggak sih, dek?
Astagaaaa…. Sotoynyaaa…tidak terkira! Hahaha!
Bahkan mentor bisnis gue dan adiknya, yang sekarang
businessmen sejati aja, gue yakin pas kecil nggak pernah main bisnis2an! Ya nggak?
Nggak cuma itu. Namanya anak perempuan, gue sama adik
perempuan gue itu sukaaa banget main boneka, terutama boneka Barbie. Gue inget
dulu kita punya enam Barbie yang selalu jadi tokoh utama. Tiga punya gue, tiga
punya adik perempuan gue. Yang punya adik perempuan gue, profesinya satu
dokter, masih umum lah ya. Satunya lagi model, yang terakhir… politikus…
astagaa… Hebat yah!
Nah, Barbie gue yang tiga itu apa? Yang satu seniman, yang
satu lagi guru. Tapi Barbie favorite gue, yang tiap main selalu jadi tokoh utama,
tebak apa profesinya? Yup! Businesswoman! Hahaha!
Mengapa oh mengapaaa??
Gue masih penasaran, gue tau kata bisnis itu dari siapa sih?
Bokap pilot, nyokap pramugari. Sepupu-sepupu terdekat juga nggak pernah tuh
ngomongin bisnis-bisnisan. Udah gitu kita tuh bisa tau kalo orang bisnis itu suka
salaman, tandatangan, tapi kita nggak tau sebenernya bisnis itu apa. Yang jelas,
bagi kita, bisnis itu keren aja.
Tapi gini, setelah gue pikir-pikir lagi, berapa persen sih dari kita yang menjalani impian masa kecil kita? Waktu kecil punya cita-cita jadi pilot, dokter, guru, seniman, tentara, ternyata gedenya jadi apa?
Ya bagus sih kalau setelah dewasa menyadari ternyata passion-nya bukan itu, jadi karena itu mencari profesi lain yang lebih disenangi. Tapi sayangnya, banyak juga yang harus menjalani profesi yang tidak diinginkan, tidak sesuai dengan panggilan jiwa mereka, karena tuntutan orangtua, keluarga, masyarakat, atau tuntutan materi.
Yah, kebetulan cita-cita gue jadi businesswoman, mau nggak mau pasti ngejar materi lah ya. Alhamdulillah.
Selain jadi businesswoman, waktu kecil gue juga bercita-cita jadi pelukis, penulis, sama guru. Businesswoman udah kesampean, tapi belum sukses aja bisnisnya. Nanti kalau bisnis sudah bisa dilepas, doakan ya, semoga kesampean juga cita-cita jadi pelukis, penulis, dan guru. Amin!
Tapi gini, setelah gue pikir-pikir lagi, berapa persen sih dari kita yang menjalani impian masa kecil kita? Waktu kecil punya cita-cita jadi pilot, dokter, guru, seniman, tentara, ternyata gedenya jadi apa?
Ya bagus sih kalau setelah dewasa menyadari ternyata passion-nya bukan itu, jadi karena itu mencari profesi lain yang lebih disenangi. Tapi sayangnya, banyak juga yang harus menjalani profesi yang tidak diinginkan, tidak sesuai dengan panggilan jiwa mereka, karena tuntutan orangtua, keluarga, masyarakat, atau tuntutan materi.
Yah, kebetulan cita-cita gue jadi businesswoman, mau nggak mau pasti ngejar materi lah ya. Alhamdulillah.
Selain jadi businesswoman, waktu kecil gue juga bercita-cita jadi pelukis, penulis, sama guru. Businesswoman udah kesampean, tapi belum sukses aja bisnisnya. Nanti kalau bisnis sudah bisa dilepas, doakan ya, semoga kesampean juga cita-cita jadi pelukis, penulis, dan guru. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar