Sabtu, 20 Mei 2017

Museum Kematian

Minggu, 21 Mei 2017

"Agapi" means "Love"

Hari ini kami nyekar ke makam Eyang di Tanah Kusir.

Macet.

Kenapa sih orang harus banget bela-belain nyekar sebelum puasa, termasuk nyokap gue ini?

Padahal nanti pas lebaran nyekar lagi.

Nggak ngerti.

Yah, namanya budaya, gimana lagi?

Tapi gue punya cara sendiri sih buat menikmati kunjungan rutin ke makam seperti ini.

Berkunjung ke makam itu bagaikan berkunjung ke museum. Iya, museum nisan.

Apa yang gue cari di sana?

Gue liatin tanggal-tanggal lahir mereka. Gue cari, mana yang umurnya paling panjang. Gue nggak pernah nyatet dan nggak pernah inget hasil pencarian gue dari tahun ke tahun. Tapi rekor gue hari ini, ketemu orang yang meninggal di usia 92 tahun. Seinget gue dulu pernah nemu yang meninggal usia 100 sekian tahun.

Terus gue juga selalu nyari makam tertua di sana.

Gue tau apa yang ada di pikiran lo. Kenapa gue nggak googling aja kapan TPU tanah kusir dibangun?

Gih googling. Paling lo nemu berita-berita tanah kusir kebanjiran. Tapi kalo ada yang nemu, please let me know. Sumpah gue penasaran nggak penting.

Berikutnya adalah, orang-orang yang meninggal di usia muda. Ada yang belum 40, belum 20, belum 10 tahun, bahkan ada yang masih balita, bahkan masih bayi.

Terus kadang-kadang gue suka nemu juga makam-makam yang berjajar dengan tanggal kematian yang sama. Berarti ada kejadian di hari itu, tragedi yang menewaskan mereka.

Nah, hari ini gue dan adek gue nggak sengaja nemu sederet nisan yang meninggalnya sama-sama muda, dan hampir barengan. Ada tiga orang, usianya 14, 12, sama 29. Terus kita baru nyadar, ternyata di nisan mereka ada tulisannya: Pahlawan Ampera. Nah, gue jadi penasaran tuh, ada kejadian apakah tahun segitu? Apakah Pahlawan Ampera itu?

Terus di bagian makam lain, gue nemu sederet nisan yang meninggalnya sama-sama tanggal 3 februari 1981. Dan ada benderanya, yang menandakan mereka itu pejuang. Ada apakah tahun segitu? Gue pun googling, dan malah nemu kasus pembajakan pesawat Woyla 1981.

Ya itulah kenapa gue bilang makam itu bagaikan museum. Ada pelajaran sejarah di sana.

Terus, sebelum akhirnya pulang, gue nemu makam yang bagus, rapi, dan ada quote-nya.



Gue jarang-jarang nemu makam kaya gitu. Jadi tadi gue foto.

Gue selalu mikir, gimana bumi nggak makin penuh kalo orang lebih banyak yang lahir daripada yang meninggal, udah gitu yang meninggal masih makan tempat juga. Jadi gue maunya kalo sudah saatnya nanti, gue sumbangin semua organ gue yang masih bagus, terus sisa jasad gue dikubur tanpa nisan sampe jasad gue ilang sepenuhnya, dan terserah di atas situ mau dibangun rumah, stadion, taman bermain, sekolah, pokoknya udah meninggal sih meninggal aja, jasad gue diapain juga gue udah nggak ngerasa apa-apa kan?

Tapi, hipokritnya gue sebagai manusia normal adalah, gue rasa kalo orangtua gue sendiri, gue pun akan memakamkan dengan 'layak', dengan makam indah, terawat, dan bisa gue kunjungi setiap saat. Bahkan mungkin akan gue desain sendiri nisan dan kata-katanya.

Yah, gitulah pemikiran-pemikiran yang sering muncul saat berkunjung ke makam. Salah satunya, jadi diingatkan kembali kalau suatu hari maut akan memisahkan gue dengan orang-orang yang gue sayang. Dan itu membuat gue lebih menghargai hidup dan waktu yang gue punya dengan mereka.