Senin, 26 Agustus 2013

Harga Diri vs. Gengsi

Dalam tiga hari terakhir ini Tuhan telah mempertemukan saya dengan orang-orang yang sangat luar biasa! Selama tiga hari berturut-turut, setiap hari saya bertemu dengan begitu banyaknya orang hebat. Apa yang terjadi?
Hari Kamis dan Jumat kemarin ini saya menghadiri Prudential Agency Convention. Di sana saya melihat begitu banyak orang yang begitu besar, begitu sukses, begitu cerdas, dan luar biasa rendah hati. Dalam dua hari itu saya banyak belajar mengenai kepemimpinan sejati.
Dan kebetulan manager saya baru saja pulang dari konferensi leader di Korea. Beliau termasuk ke dalam 50 leader terbaik di Indonesia, 200 leader terbaik di seluruh Asia (dan karena Asia saat ini memimpin perekonomian dunia, bisa dibilang 200 leader terbaik di Asia adalah 200 leader terbaik di dunia), dan yang lebih hebat, juga sebagai leader  termuda di antara 200 leader tersebut. Leader saya memang luar biasa! Tepuk tangan untuk leader saya.
Jadi, karena selama empat hari terakhir ini saya terus bersama leader saya, dan beliau baru saja mendapat kesempatan untuk bergaul dengan leader-leader tingkat dunia, maka saya pun kecipratan ilmunya, karena ia sharing banyak ilmu yang didapatkannya selama di Korea.
Lalu pada hari Sabtu saya menghadiri acara peresmian House of Perempuan (untuk keterangan lebih lengkap mengenai House of Perempuan bisa dilihat di account twitter @hoperempuan). Di acara itu saya melihat begitu banyaknya wanita yang begitu cerdas, tangguh, mandiri, kreatif, berani, dan tidak melupakan kodrat mereka sebagai wanita.
Ilmu-ilmu yang telah saya dapatkan dari orang-orang hebat di atas selama empat hari ini akan saya coba untuk tuangkan di dalam post-post selanjutnya. Tapi yang pertama akan saya bahas dari pengalaman selama empat hari ini adalah pelajaran yang saya dapatkan mengenai harga diri dan gengsi.

Orang sering salah kaprah mengidentikkan harga diri dengan gengsi. Kadang orang berpikir yang gengsinya tinggi merasa bahwa harga dirinya sangat tinggi, karena itu ia gengsi. Kadang juga orang yang gengsinya tinggi dianggap harga dirinya tinggi oleh orang lain.
“Ngapain minta maaf duluan? Ih, gengsi! Mau di ke manain harga diri gue?”
“Dia lah yang harus nyapa gue duluan, gengsi kali gue harus nyapa dia duluan. Mau di ke manain harga diri gue?”
“Gila aja gue udah sekolah tinggi-tinggi disuruh kerja kaya gitu, gengsi! Mau di ke manain harga diri gue?”
“Harga diri, men! Harga diri!”

Apa sih sebenarnya harga diri? Seperti apa sih sebenarnya orang yang benar-benar menghargai dirinya sendiri? Dan gengsi itu apa sih sebenarnya?

Gengsi
Dilihat dari arti katanya ‘gengsi’ adalah bagaimana cara seseorang mengapresiasi dirinya dengan melihat interaksi orang lain terhadap dirinya. Gengsi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti materi, jabatan, prestasi, status social, dan sebagainya.
Factor utama dari gengsi adalah bagaimana penilaian orang lain terhadap diri. Orang bisa membeli tas bermerk, fitness di tempat mahal, melakukan hal-hal tertentu, berteman dengan orang-orang tertentu, bahkan pacaran dengan orang-orang tertentu, hanya karena gengsi. Orang bisa melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena gengsi.
Gengsi ini erat kaitannya dengan ego atau keakuan. Orang yang sangat memikirkan gengsi senang sekali ketika menjadi pusat perhatian. Ketika orang lain menghargai, mengapresiasi, maka akan menimbulkan kebanggaan terhadap diri.
Orang yang memikirkan gengsi akan terus membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dalam konteks negatif. Bila melihat orang lain yang dianggap lebih hebat, orang yang gengsi ini akan iri atau merasa rendah diri. Sementara bila melihat orang lain yang dianggap kurang hebat, ia akan menjadi sombong dan ingin terus memamerkan kehebatannya.
Kadang saya melihat atau mendengar keluhan seperti, “Ah, gue nggak pede nih, yang lain pada cantik-cantik banget.” Atau “Gue minder, temen-temen gue lulusan S2, S3, gue cuma lulusan SMA.” Atau “Wah, mereka kan orang-orang kaya, kayaknya nggak pantes gue bergaul sama mereka, takut nggak nyambung.” Atau cerita seperti, “Dulunya gue nggak pede karena badan gue terlalu kurus, sekarang gue jadi pede setelah punya badan atletis.” Atau “Dulunya gue nggak pede karena gue miskin banget nggak punya apa-apa, sekarang gue jadi pede karena sudah sukses dan kaya.” Dan sebagainya.
Jadi sebelum mereka mencapai standard tertentu, mereka belum bisa menghargai dirinya sendiri.
Dan seringkali, hal-hal yang ditandingkan sama sekali bukan hal yang penting. Contoh paling gampangnya dalam hal pacaran: siapa yang pacarnya lebih cantik, siapa yang pacarnya lebih kaya, siapa yang punya lebih banyak pacar, siapa yang nembak duluan, siapa yang memutuskan hubungan. Hal-hal itu tidak penting, tapi begitu penting bagi gengsi seseorang.
Bisa kita katakan bahwa gengsi sebenarnya adalah harga diri semu.

Harga diri
Yang saya lihat dari orang-orang di sekitar saya dan di luar sana, justru harga diri selalu berbanding terbalik dengan gengsi.
Orang-orang yang sukses dan berhasil adalah orang-orang yang punya harga diri tinggi. Dan berdasarkan pengalaman saya sendiri, bertemu dengan berbagai orang hebat sepanjang hidup saya, orang-orang yang harga dirinya tinggi itu biasanya sangat rendah hati. Mereka sama sekali tidak peduli pada gengsi.

Harga diri memiliki makna yang berbeda. Menurut buku ‘If Life is a Game, These are the Rules’ yang ditulis oleh Cherie Carter-Scott, harga diri adalah bagaimana kita menerima dan mensyukuri diri kita.
Ketika kita memiliki harga diri sejati, kita tidak peduli lagi pada pandangan orang terhadap diri kita. Kita tahu apa yang ingin kita lakukan dalam hidup, kita punya tujuan-tujuan yang jelas, dan karena itu, pandangan orang lain terhadap diri kita tidak lagi penting.
Harga diri sejati datangnya bukan dari luar. Bukan karena orang-orang memuji kita cantik, ganteng lalu kita jadi menghargai diri sendiri. Bukan karena kita punya prestasi akademis, gelar pendidikan, jabatan yang tinggi, kekayaan melimpah, pasangan yang bisa dipamerkan, status social terhormat, atau hal eksternal lain.
Saya melihat begitu banyaknya orang yang hebat, berbakat, berprestasi, sukses, kaya raya, namun sangat rendah hati. Biasanya, semakin kaya seseorang, ia semakin rendah hati. Semakin berbakat seseorang, ia semakin rendah hati. Semakin sukses seseorang, ia semakin rendah hati. Orang-orang yang sudah sukses, kaya raya, dan mendapatkan pengakuan biasanya tidak suka memamerkan apa yang mereka punya. Mereka biasanya lebih sering mendengar orang lain bicara daripada sibuk membicarakan kehebatan diri sendiri.

Justru orang-orang yang kurang percaya diri, biasanya sibuk membanggakan diri sendiri. Mengapa? Karena mereka merasa rendah diri. Mereka berpikir bahwa, kalau bukan mereka sendiri yang menceritakan kehebatan mereka, siapa lagi? Tidak jarang orang-orang yang rendah diri ini sebenarnya sudah hebat. Tapi mereka ragu apakah kehebatan mereka diakui orang lain.
Sebenarnya, orang-orang yang kita anggap, kira, tuduh sombong, adalah orang-orang yang kurang percaya diri. Seringkali kita mendengar kata-kata “Gue itu sebenernya pemalu. Makanya orang kalo belum kenal suka ngira gue sombong.”
Bahkan mungkin saja kita salah satu orang yang pernah mengakui hal itu.
Saya sendiri termasuk orang yang pemalu di lingkungan baru, dan mungkin saja orang di sekitar saya merasa kalau saya sombong. Dulu saya orang yang sangat tertutup, tidak mau bergaul. Apakah harga diri saya tinggi? Tidak. Justru harga diri saya rendah. Orang yang harga dirinya tinggi pasti penuh percaya diri dan supel dalam pergaulan.

Harga diri sejati adalah saat kita menyadari bahwa diri kita sejak awal sudah berharga. Saat kita menghargai diri sendiri, kita akan malu untuk melakukan hal yang buruk atau salah, dan kita akan selalu menuntut diri kita untuk melakukan hal yang baik dan benar. Harga diri kita terlalu tinggi untuk mencuri. Harga diri kita terlalu tinggi untuk berbohong. Harga diri kita terlalu tinggi untuk berkhianat. Orang yang menghargai dirinya akan selalu berbuat kebaikan.
Harga diri sejati datangnya dari dalam. Bagaimana kita tidak perlu menunggu kekayaan dan kesuksesan untuk menghargai diri kita sendiri. Justru karena kita menghargai diri sendiri, kita akan merasa bersyukur dengan diri kita, menghargai apa yang kita punya, termasuk pasangan kita. Dengan menghargai diri sendiri, kecantikan pun akan terpancar dari dalam. Karena itu ada yang namanya ‘inner beauty’. Dengan menghargai diri kita sendiri, kita akan bisa memaksimalkan potensi-potensi yang ada, dan secara otomatis, kekayaan dan kesuksesan pun akan datang dengan sendirinya.


Salam sukses untuk kita semua!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar