Selasa, 10 Desember 2013

Ketika Kita Rela Membunuh Masa Depan

December 11, 2013

Ada yang pernah menonton film berjudul “Looper”?

Film yang dibintangi oleh Joseph Gordon-Levitt dan Bruce Willis ini bercerita tentang orang-orang yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran, yang khusus bertugas membunuh orang yang dikirim dari masa depan, melalui mesin waktu. Profesi inilah yang dinamakan sebagai “Looper”.

Alkisah di tahun 2074, berbagai organisasi kriminal menyingkirkan musuh-musuh mereka dengan cara dikirim ke waktu 30 tahun sebelumnya, untuk langsung dibunuh oleh looper yang sudah menunggu mereka di tahun 2044.
Caranya sederhana. Seorang looper bersiap-siap dengan senjatanya di suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan. Begitu kiriman sampai dari masa depan, berupa seorang korban dengan wajah ditutupi kain, tugas looper adalah langsung menembakkan senjatanya ke jantung korban. Tidak ada penundaan, tidak ada kesempatan untuk berpikir. Mereka harus langsung menarik pelatuk begitu korbannya muncul, sebelum mereka berubah pikiran, sebelum korbannya sempat melarikan diri. Dalam hitungan sepersekian detik, peluru langsung ditembakkan.

Para looper memiliki bayaran yang tinggi sekali, yang berupa batangan perak bernilai jutaan dolar, yang diikatkan di bagian punggung setiap korban. Di saat itu, mereka kaya raya dan menghabiskan hidup mereka untuk berpesta-pora. Namun ada harga yang harus dibayar: ketika menyatakan setuju untuk menjadi seorang looper, mereka harus setuju untuk membunuh diri mereka sendiri yang dikirim dari masa depan.
Setelah korban meninggal, looper dilarang membuka penutup kepala sang korban. Mereka hanya boleh mengambil bayaran berupa batangan-batangan perak tersebut. Dan ketika bayaran di balik punggung korban adalah emas, bukannya perak, maka para looper tahu bahwa korban yang baru dibunuh adalah diri mereka sendiri dari masa depan. Itu tandanya mereka pensiun. Tugas mereka sebagai looper berakhir. Dan mereka menikmati kekayaan mereka sampai tiba saatnya mereka menghadapi nasib yang sudah mereka sepakati sendiri: dikirim ke masa lalu untuk ditembak mati.

Menjadi seorang looper sekilas memang enak, dibayar jutaan dollar untuk setiap kasus. Namun ada harga yang sangat mahal yang harus dibayar, yaitu nyawa mereka di masa depan.

Pertanyaannya, kalau anda yang ditawari pekerjaan semacam itu, apakah akan anda terima pekerjaan tersebut?

Saya rasa sebagian besar orang akan menjawab tidak mau. Mungkin ketika kita menonton ‘Looper’, kita tidak habis pikir mengapa ada orang yang mau menerima pekerjaan semacam itu. Mengapa ada orang yang rela membunuh dirinya sendiri di masa depan hanya untuk kekayaan sesaat?

Baiklah. Mungkin banyak orang berusia 20 sampai 30-an yang tidak rela membunuh diri mereka di usia 50 tahun, walau diiming-imingi bayaran tinggi. Bagaimana dengan usia 60 tahun? 70 tahun?

‘Looper’ memang contoh yang sangat ekstrim. Tapi sebenarnya, tanpa disadari, kita pun seringkali melakukan hal yang sama. Seringkali, kita mengambil keputusan-keputusan sejenis.

Sekarang mari kita bercermin dan melihat apa yang selama ini sudah kita lakukan untuk masa depan kita. Apakah kita sudah cukup minum air mineral setiap hari? Apakah kita sudah berolahraga setiap hari? Apakah kita sudah berkerja dengan maksimal? Apakah kita sudah membina hubungan baik dengan orang-orang yang kita cintai? Apakah kita sudah mengumpulkan aset untuk masa tua? Apakah kita sudah beribadah dan menabung amal untuk di akhirat nanti?

Atau selama ini kita lebih memilih bermalas-malasan di depan TV, nonton gossip sambil makan cemilan? Makan makanan berlemak, junk food? Merokok? Lebih suka minum kopi dan soda ketimbang air mineral? Menghambur-hamburkan uang hasil kerja keras kita untuk kesenangan jangka pendek?

Tanpa disadari, sebenarnya itulah yang kita lakukan sehari-hari. Saat kita memilih untuk menikmati rokok hari ini, sebenarnya kita sedang memberikan penyakit pada diri kita di masa depan. Saat kita mengundur keputusan untuk mulai menabung untuk pendidikan anak, sebenarnya kita sedang menambah beban diri kita di tahun-tahun berikutnya.

Penundaan adalah pembunuh masa depan.

Tiga puluh tahun dari sekarang adalah masa depan. Sepuluh tahun dari sekarang adalah masa depan. Setahun dari sekarang adalah masa depan. Besok adalah masa depan.

Saat kita menunda pekerjaan rumah hari ini, sebenarnya kita sedang menumpuk beban pekerjaan yang lebih berat untuk diri kita sendiri di hari-hari berikutnya. Ketika kita sering memiliki pemikiran semacam, “Mulai besok saja” atau “Mulai minggu depan saja”, “Mulai tahun depan saja”, maka kita akan sering memiliki penyesalan semacam “Seandainya saya memulainya kemarin”, “Seandainya saya memulainya setahun yang lalu”, “Seandainya saya tidak menunda keputusan itu.”

Di penghujung tahun seperti sekarang ini, mungkin banyak dari kita yang menyesalkan penundaan-penundaan yang telah kita lakukan sepanjang tahun.

Karen Lamb* mengatakan, “Setahun dari sekarang, kau akan berharap bahwa kau telah memulainya hari ini.”

Saat kita menunda sebuah keputusan yang baik hari ini, sebenarnya kita sedang merugikan diri kita di masa depan. Mungkin itu 30 tahun dari sekarang. Mungkin 10 tahun dari sekarang. Mungkin setahun dari sekarang, atau satu bulan dari sekarang, atau satu minggu, atau besok. Ingatlah bahwa diri kita di masa depan adalah orang yang sama dengan diri kita saat ini.


Maka buatlah keputusan anda sekarang juga, dan berkorban lah untuk masa depan anda sekarang juga. Karena penyesalan tidak akan mengubah apapun.

*Penulis buku motivasi berkebangsaan Australia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar