Senin, 11 Juli 2016

Menjadi Seorang Penulis

Masih mengenai catatan harian, alias diary.

Selain untuk dinikmati kenangannya, sebenarnya catatan harian di masa lalu juga bisa dijadikan ukuran, apakah aku yang sekarang lebih baik dari aku yang dulu. Apakah aku bertumbuh? Apakah aku berkembang?

Aku membaca catatan pada suatu hari di tahun 2006 saat aku baru saja menyelesaikan seri ke lima dalam serialku! Serial yang kutulis memasuki episode ke lima? Itu tidak pernah lagi terjadi saat ini.

Memang tidak ada satupun tulisan fiksiku yang kupublikasikan. Tapi setidaknya, di SMP dan SMA dulu, serial yang kutulis manual di buku sudah menjadi bacaan wajib di antara teman-teman sekelas dan seangkatan. Oke, mungkin aku berlebihan.

Dulu memang sedang trend menulis serial di buku tulis. Buku tulis itu kemudian dibaca oleh teman-teman atau siapapun yang tertarik membacanya. Aku menulis beberapa serial. Semuanya tentang kehidupan remaja, karena itu memang tema yang populer.

Mengapa itu populer?

Ini bukan sesuatu yang kudapatkan melalui penelitian ilmiah maupun riset selama puluhan tahun.
Tapi aku mencoba mengamati para penggemar serial drama, termasuk diriku sendiri. Aku juga mengamati teman-temanku yang suka menulis serial.

Sebenarnya, menulis dan menikmati sebuah serial, adalah cara kita berkomunikasi dengan diri sendiri dan dengan lingkungan sekitar. Ada satu karakter yang mengingatkan kita pada orang-orang tertentu di sekitar kita, dan bahkan kita sendiri. Juga kejadian-kejadian yang mirip-mirip dengan apa yang pernah kita alami, atau kita bayangkan terjadi pada kita.

Lalu apa yang akan kita lakukan pada situasi tersebut? Apa yang akan orang lakukan pada situasi tersebut. Cowok atau cewek mana yang akan kita pilih sebagai pacar kita? Setelah itu, apakah si penulis serial setuju dengan pilihan-pilihan kita?

Seorang tokoh yang sangat dihormati masyarakat dunia, menyebut penulis fiksi tidak berguna karena mereka hanya bisa menuliskan ide mereka mengenai bagaimana seharusnya dunia ini berjalan. Aku tidak akan menyebutkan namanya karena kalimatnya tersebut membuatku kehilangan respek padanya.

Menurutku, penulis cerita fiksi, termasuk aku sendiri, justru ingin menginspirasi dunia. Kami ingin menyampaikan ide, yang tidak harus disetujui semua orang, tapi mungkin saja bisa membuat dunia lebih baik bila diterapkan.

Ide itu tidak harus besar, seperti bagaimana cara si penulis menyelamatkan umat manusia dari kiamat. Ide itu bisa saja mengenai sudut pandang yang baru, yang bisa membuat orang yang tidak bahagia menjadi lebih bahagia. Sesederhana itu, namun efeknya bisa lebih besar dari yang dipikirkan orang-orang berpikiran sempit dan monoton, seperti si tokoh itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar